Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas
Judul : Padang Bulan dan
Cinta Dalam Gelas
Penerbit : Bentang Pustaka
Penulis : Andrea Hirata
Tebal : 516 halaman
Kategori : Novel Roman
Cetakan : 1, Juni 2010
ISBN : 978-602-8811-09-5
Teks : Bahasa
Indonesia, bahasa daerah
A
|
ndrea Hirata Seman Said Harun, begitu nama lengkapnya, seorang penulis
sastra yang mulai mengukir prestasi tahun 2006/2007 dengan Laskar Pelangi
sebagai karya perdananya yang begitu laris di pasaran. Pria asal Bangka
Belitung 24 Oktober 1967, lulusan Universitas Indonesia jurusan ekonomi sudah
melahirkan banyak karya di antaranya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor,
Maryamah Karpov, serta Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas.
Andrea begitu akrab dipanggil, cenderung memunculkan
tema percintaan, perjuangan seseorang dalam kehidupan serta kebudayaan lokal
yang diangkatnya dari tanah kelahirannya.
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas merupakan novel
dwilogi yang saling berkaitan dan bisa dikatakan lanjutan dari novel berjudul
Maryamah Karpov yang dikemas dengan sampul yang terbalik. Hal itu menimbulkan
ketertarikan bagi penggemar novel Indonesia.
Padang
Bulan bertemakan
perjuangan dan kecemburuan. Kiasan perjuangan ditampilkan oleh Andrea lewat
sosok Enong, gadis kecil berusia 14 tahun yang harus berjuang bagi keluarganya
setelah ditinggal wafat ayahnya. Enong adalah anak sulung dari 5 bersaudara.
Dalam tata masyarakat Melayu, menurut Andrea, anak sulung harus menjadi tulang
punggung yang harus bertanggung jawab memikul beban hidup keluarga. Maka, Enong
harus merelakan masa kecil dan remajanya demi kebahagiaan Ibunda serta
adik-adiknya. Maka dimulailah kisah-kisah perjuangan Enong yang penuh
inspirasi. Andrea mampu menyajikan bahwa dalam diri setiap manusia terdapat
kekuatan yang bahkan tidak disadari seseorang. Lewat Enong (yang selanjutnya
dikenal sebagai Maryamah), kita akan diajak untuk merasakan pahit getir
perjuangan hidup seorang gadis kecil yatim. Ia rela melakukan pekerjaan apapun
demi kebahagiaan keluarganya, dan demi cita-cita agungnya, menjadi guru bahasa
Inggris.
Lalu, tentang kecemburuan? Nah, di sinilah jawaban
atas pertanyaan pembaca tentang akhir kisah cinta Ikal dan A Ling yang agak
‘kabur’ pada ending Maryamah Karpov. Pada edisi ini, kisah
cinta mereka semakin tumbuh dan berkembang layaknya sebatang pohon bunga
melati. Semakin merekah, namun bunga itu menarik perhatian kumbang untuk
menghisap sarinya. Di sinilah Ikal mengenal apa itu ‘cemburu’. Parodi cinta
yang menyegarkan. Simak definisi Ikal akan kata ‘cemburu’ :
Cemburu adalah perasaan yang baru
kukenal, baru pertama kali kualami. Ia adalah pendatang baru dalam register
perasaanku. Sungguh ganjil rasa cemburu, sungguh berbeda rasa sakitnya. Di
kepala, rasanya seperti disiram seember air es. Di mulut, rasanya seperti
tergigit semut rambutan. Di dada, rasanya menggeletar.
Maka, tak salah jika sampul depan menggambarkan dua burung merpati
bertengger pada pohon rindang.
Cinta di
Dalam Gelas pun
cukup memberi teka-teki. Ada empat tokoh manusia dalam gambar itu, dengan
penampilan yang berbeda cukup mencolok. Gelasnya mana? Nanti anda pun akan dapat
memahaminya setelah membaca isi novel kedua ini.
Kultur budaya masyarakat Melayu dipaparkan secara
jujur pada Cinta di Dalam Gelas. Lewat secangkir kopi, Andrea
menuturkan berbagai kebiasaan, sifat, gaya hidup hidup orang Melayu di
sekitarnya. Tentu saja, ini merupakan hasil riset budaya yang ia lakukan itu.
Hingga dikisahkan, Ikal memiliki Buku Besar Peminum Kopi.
Seperti pada tetralogi Laskar Pelangi,
dengan tokoh utama Lintang, tokoh utama yang diceritakan pada Cinta di
Dalam Gelas adalah Enong alias Maryamah Karpov. Perjuangannya untuk
dihargai sebagai perempuan. Hingga perkenalannya pada olahraga catur karena
keinginannya yang kuat untuk belajar
Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan
belajar. (Maryamah)
Bagaimana dengan A Ling? Apa kabarnya gadis Tionghoa
nan cantik itu? Ini mungkin dapat terus terang saya katakan bahwa kisah cinta
Ikal dan A Ling menyisakan lagi-lagi pertanyaan yang belum terjawab. Sama
seperti pada Maryamah Karpov. Kisah cinta mereka dikisahkan dengan
tanggung pada dwilogi ini. Meski sesekali bumbu kisah percintaan mereka turut
menyemarakkan isi novel ini, tapi tetap saja, pada ending-nya kita
tidak akan menemukan akhir yang jelas.
Sinopsis Padang Bulan
Awal cerita novel Padang Bulan
karya Andrea Hirata ini bermula dari kisah seorang perempuan yang bernama
Syalimah yang menceritakan pengalamannya saat pertama kali dekat dengan Zamzami,
dimana Zamzami adalah orang yang pertama dan terakhir yang memberikan ia sebuah
kejutan. Syalimah mendapatkan sebuah kejutan berupa sepeda baru Sim King made
in RRC yang sudah ia idam-idamkan sejak dulu. Zamzami yang
sangat menyayangi istri, Syalimah dan anaknya. Kecintaan Zamzami kepada Enong,
anak perempuan sekaligus sulung, digambarkan Andrea dengan upaya Zamzani
membelikannya kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata, karena Enong memang sangat
senang terhadap pelajaran Bahasa Inggris. “Satu miliar itu banyak sekali Nong.
Ayah pun tak tahu berapa jumlah nolnya. Tujuh belas barangkali,” (hal 12).
Akan tetapi kebahagiaan
Syalimah tidak berlangsung lama. Kecelakaan tragis menimpa suaminya, Zamzami.
Zamzami tertimbun tanah. Syalimah terpaku di tempatnya berdiri. Nafasnya
tercekat, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Syalimah berlari dan menggali tanah
dengan tangannya sambil tersedak-sedak memanggil-manggil suaminya. Keadaan
semakin sulit karena hujan turun. Tanah yang menimbun Zamzami berubah menjadi
lumpur. Galian demi galian terus dilakukan Syalimah, tiba-tiba Syalimah melihat
tangan dari Zamzami suaminya. Para penambang lainnya menarik tangan Zamzami,
lelaki kurus itu tampak seperti tak bertulang, Zamzami diam tak bergerak
semuanya telah terlambat. Akibat dari kejaian itulah Syalimah kehilangan tulang
punggung keluarga.
Akibatnya gadis kecilnya yang
berusia 12 tahun, yang bernama Enong harus rela ia jadikan korban . Enong
sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun terpaksa harus berhenti
sekolah lantaran
ayahnya meninggal, Enong terpaksa harus berhenti dari bangku sekolah kelas
6 dan Enong harus mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga. Kendati
tidak meneruskan sekolah, namun semangat Enong untuk menguasai Bahasa Inggris
tetap kuat. Berbagai usaha telah dilakukan Enong demi untuk memperoleh sebuah
pekerjaaan. Enong sadar gadis seusia dia sangat susah untuk memperoleh
pekerjaan, karena Enong sama sekali tidak memiliki keahlian. Jangankan keahlian
untuk bekerja ijazah SD saja Enong belum memperolehnya.
Syalimah, ibunda Enong dari kemarin telah menyiapkan
keberangkatan Enong ke Tanjung Pandan, tapi ia tak sanggup. Jika melihat tas
yang akan dibawa putrinya, air matanya berlinang. Satu-satunya yang ia bisa
lakukan hanyalah menyenangkan hati anaknya, dan itu mungkin ia lakukan jika ia
sendiri tampak kalah atas situasi yang menjepit mereka. Maka Syalimah selalu
meyembunyikan kesedihannya. Namun, pertahanan yang sesungguhnya rapuh itu
runtuh hari ini waktu ia melihat Enong menyimpan buku-buku sekolahnya di bawah
dipan. Enong menyimpan semua buku, kecuali Kamus Bahasa Inggris Satu
Milliar Kata hadiah dari ayahnya dulu. Katanya ia akan membawa kamus
itu kemana pun ia pergi. Tangis Syalimah terhambur. Ia tersedu sedan dan
memohon maaf pada putri kecilnya itu. Keesokan harinya Syalimah dan putrinya
Enong melintasi padang ilalang , meloncati parit –parit kecil galian tambang,
memotong jalan menuju jalur truk-truk timah yang akan berangkat ke Pelabuhan
Tanjung Pandan. Saat itu juga Enong berpisah dengan Syalimah ibunya.
Enong langsung hilir mudik di pasar menawar-nawarkan
diri untuk bekerja apa saja. Namun tak semudah yang disangka. Juragan
menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan
kasar. Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat SD.
Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karena tampak sangat
kurus dan lemah. Penolakan demi penolakan ini ia alami berkali-kali selama
berhari-hari. Enong tak berkecil hati. Kejadian itu memberinya pelajaran yang
berharga. Bukanya sedih karena tak dipedulikan, ia malah senang sebab lain
waktu ia tahu apa yang harus dilakukan.
Akhirnya Enong memutuskan bekerja menjadi pendulang
timah. Pendulang timah perempuan pertama di dunia ini telah lahir.
Pekerjaan mendulang timah amat kasar. Berlipat-lipat lebih kasar dari
memarut kelapa, menyiangi kepiting, kerja di pabrik es, tukang cuci atau
sekadar menjaga toko. Pendulang timah dipanggil kuli mentah, artinya kuli yang
paling kuli. Jabatan di bawah mereka hanya kuda beban dan sapi
pembajak.pendulang berendam seharian di dalam air setinggi pinggang dan ditikam
langsung tajamnya sinar matahari. Berkubik tanah basah bercampur batu dan
kaolin sehingga sangat berat, harus dimuat ke dalam dulang, yang juga beratnya
tak kepalang. Sendi pinggang yang tak kuat dapat bergeser.
Radang sendi, wabah kaki gajah, penyakit kulit yang
aneh karena virus lumpur, paru-paru yang hancur karena selalu menahan dingin
dengan terus-menerus merokok, dan lantaran miskin, rokok yang dibeli adalah rokok
murah sekali yang tak karuan asal muasalnya. Namun putri kecil Syalimah itu
gembira bukan main mendapat pekerjaan baru sebagai pendulang timah karena
pekerjaan itu tak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan tak
perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis dan memang karena ia memang tak punya
pilihan lain. Hal itu dilakukan Enong semata-mata hanya untuk keluarganya
tercinta.
Hari demi hari pasir menipu Enong. Jika ia merasa
lelah, ia membuka lagi kamus bahasa Inggris Satu Miliar kata pemberian ayahnya,
Zamzami. Disisi lain, lokasi tambang timah itu adalah tanah perebutan yang tak
jarang menimbulkan keributan, bahkan pertumpahan darah. Ini perkara sensitive.
Jika petani bergantung pada apa yang ditanam, penambang bergantung pada lahan
yang dikuasai. Perjuangan Enong membuahkan hasil. Perempuan kecil yang berusia
12 tahun itu akhirnya mampu mendapatkan timah. Antara kagum,
malu, iri, mereka kesulitan memulang-mulangkan kata meremehkan
mereka pada Enong selama ini. Enong tak memikul timah sekarung seperti
pendulang pria lainnya. Timahnya hanya sekaleng susu kecil, tapi lebih
dari cukup membeli sepuluh kilogram beras. Enong bangga tak terkira.
Ia berhasil membeli beras untuk ibu dan saudara-saudaranya.
Bersemangat setelah mendapat timah pertama, Enong
semakin giat bekerja. Ia tidak tahu, di pasar, dibalik gelapnya subuh,
pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu telah bersiap
membuntutinya. Mereka ingin mengintai lokasi Enong mendapat timah. Siang itu,
ketika tengah menggali tanah, Enong mendengar salak anjing. Salak dari begitu
banyak anjing. Ia berbalik dan terkejut melihat beberapa orang pria berlari
menyongsongnya dari pinggir hutan sambil mengucung-acungkan parang, panah, dan
senapan rakitan. Mereka berteriak-teriak mengancam dan melepaskan tali yang
mengekang leher belasan ekor anjing pemburu. Enong sadar mungkin ia telah
memasuki lahan orang. Ia maklum akan bahaya besar baginya. Ia berlari
menyelamatkan diri. Melihatnya kabur, orang-orang itu makin bernafsu
mengejarnya. Mereka mengokang senapan rakitan, menembaki dan memanahnya. Enong
pontang panting menerobos gulma. Ia panik mendengar letusan senjata dan melihat
anak-anak panah berdesing di dekatnya.
Salak anjing meraung-raung. Enong diburu seperti
pelanduk. Ia berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak
memedulikan kaki telanjangnya.yang berdarah karena duri dan pokok kayu yang
tajam. Malangnya, ia tak dapat berlari lebih jauh karena di
depannya mengadang tebing yang curam. Di bawah tebing itu mengakir
sungai yang berjeram-jeram. Enong menoleh kebelakang, anjing-anjing pemburu
sudah dekat. Ia berlari menuju tebing dan tanpa ragu ia meloncat. Tubuh
kecilnya melayang, lalu berdentum dipermukaan sungai. Ia tenggellam bak batu,
tak muncul lagi.
Enong lolos dari orang-orang yang memburunya karena
nekat terjun dari tebing hulu sungai. Harapannya untuk selamat sangat kecil,
namun dimakan buaya, mati terbentur batu di dasar sungai, atau tewas tenggelam,
jauh lebih baik diperkosa dan dibunuh. Ditengah hutan itu, hukum tak berlaku,
tak seorangpun akan menolongnya. Kepalanya terhempas di dasar sungai. Ia
pingsan. Arus yang deras mengombang-ambingnya sekaligus membuatnya terlepas
dari incaran buaya. Ia terlonjak-lonjak menuju hilir. Ia masih bernafas. Ketika
ia sadar ia mendapati dirinya tersangkut di akar bakau. Rembulan kelam
terpantul di atas sungai yang keruh. Ia bangkit dengan susah payah,
compang-camping. Kepalanya terluka dan mengeluarkan darah. Ia terseok-seok
meninggalkan muara.
Sungguh mengerikan apa yang telah ia alami. Beberapa
hari Enong tak berani keluar rumah. Ia tak pernah menceritakan kejadian itu
kepada siapa pun. Tidak juga pada ibunya. Sejak itu Enong tak bisa mendengar
suara anjing menggonggong. Jika mendengarnya, ia merinding ketakutan. Kejadia
itu telah membuat Enong trauma. Namun, di rumah itu ia dihadapkan pada pilihan
yang amat sulit. Ia berusaha melupakan kejadian yang menakutkan itu. Ia harus
kembali menambang karena ia, adik-adik, dan ibunya, sudah memasuki tahap
terancam kelaparan.
Suatu ketika, dalam perjalanan menuju ladang tambang,
Enong mendadak berhenti di muka Warung Kopi Bunga Seroja. Enong
tertegun disamping sepedanya. Tubuhnya gemetar melihat wajah-wajah lelaki
sangar yang minggu lalu memburunya di hutan. Mereka mengelilingi seorang pria
yang tampak amat disegani. Ia paham bahwa lelaki-lelaki pemburunya itu adalah
orang bayaran pria itu. Dibenamkannya wajah pria itu ke dalam benaknya.
Kemudian, setelah sekian lama menatap wajah lelaki itu, Enong mendengar salakan
belasan ekor anjing yang ganas, memekakkan telinganya. Padahal, tak ada seekor
pun anjing di situ. Enong ketakutan dan menutup telingannya dengan tangan
sehingga sepedanya terjatuh. Pria itu tak menyadari bahwa Enong sedang berada
di dekatnya, bahwa saat itu mereka tersiap ke dalam pusaran nasib yang sama,
dan ketika nanti mereka berjumpa lagi, Enong yang teraniaya akan membatalkan
pria kejam itu dari ambisi terbesarnya.
Di sisi lain novel ini menceritakan tentang perjalanan
cinta antara Ikal dengan A Ling. Dalam kesendiriannya Ikal bergumam dalam hati.
Bulan Oktober tahun ini, dadaku hanya berdebar untuk tanggal 23 menunggu hujan
pertama, tapi juga untuk ayahku. Tak pernah terbayangkan aku akan
berada dalam situasi seperti ini aku memusuhi ayahku sendiri. Genap sebulan
kutinggalkan rumah. Kecewa pada ayah. Alasannya sungguh “Absurd”; Cinta. Aku
menumpang di rumah Mapangi,orang bersarung kawan lamaku. Sering sepupu-sepupuku
datang diutus Ayah untuk membujukku untuk pulang kerumah.
Semuanya tentu akan berbeda andai saja ayah menerima A
Ling. Sekarang, saban hari aku menunggu Mualim Syahbana melayarkan perahunya.
Akan kubawa lari saja perempuan Tionghoa itu. Kubawa lari ke Jakarta. Meski itu
terang-terangan, seterang matahari di atas ubun-ubun, bahwa aku melawan ayahku
sendiri. Sungguh menyedihkan keadaan ini. Aku telah banyak mengalami peristiwa
buruk, namun permusuhan dengan ayah merupakan hal terburuk yang pernah terjadi
dalam hidup aku. Tak pernah, tak pernah meski hanya sekali sebelumnya menentang
ayah. Aku telah dibesarkan dengan cara bahwa memusuhi orangtua adalah sesuatu
yang tak mungkin terjadi. Apa yang kulakukan sekarang, seumpama burung ranggon
melawan angin. Dua hal yang diciptakan tidak saling bertentangan.
Berulang kali kusesali mengapa ayah musti berada di
tengah pilihan yang runyam ini. Mengapa ia yang tidak mengatakan tidak padaku,
mengatakan tidak untuk sesuatu yang paling kuinginkan. Sungguh jiwaku tidak
kuat jika harus memusuhi ayahku sendiri, namun kemungkinan lain yang tak dapat
kutanggungkan adalah jika aku harus kehilangan perempuan Tionghoa
itu. Itu bak sendi pada buku-buku jemariku. Ia bak arus dalam
sungaiku. Aku tak sanggup, tak sanggup.
Ikal menyadari bahwa yang bisa membantunya adalah
Detektif M.Nur. segala usaha telah dilakukan oleh Ikal dan Detektif M. Nur
untuk mendapatkan A Ling namun tetap saja gagal. Sesuatu telah terjadi,
detektif M.Nur mengatakan kepada Ikal kalau A Ling sudah bertunangan dengan
Zinar.
Namun, kebahagiaan Ikal hanya sementara, karena A Ling
ternyata telah dijodohkan dengan lelaki pemilik toko kelontong yang menjual
gula dan tembakau bernama Zinar. Lelaki yang secara fisik dan finansial
lebih baik dari Ikal memang berbeda kelas dengannya.
Jadi, teruslah novel Padang Bulan menjadi tempat
Andrea menceritakan kegilaan Ikal yang lain karena terbakar api cemburu. Ikal
yang menginginkan A Ling kembali berboncengan sepeda dengannya melakukan upaya
sportif untuk mengalahkan Zinar. Caranya?bertanding dengan Zinar dalam olahraga
catur dan sepakbola (Ikal gagal masuk tim voli, alasannya sebaiknya Anda baca
sendiri) dalam acara lomba 17 Agustus-an.
Mengenai keinginan Ikal melawan Zinar bermain catur
juga membawa kelucuan tersendiri saat ia berkata kepada Ibunya mengenai hal
ini;
“Jadi, kau pikir hanya karena kau punya kawan seorang
guru catur di negeri antah berantah sana, lalu kau bisa main catur?….Keluarkan
ijazah-ijazahmu,”
“Aku cemas apa yang akan dilakukan ibu,,,,kupikir ia
akan mencampakkannya ke tungku, dihamburkan ke pekarangan atau dilemparkan ke
dalam sumur, tapi tidak. Ibu membawanya ke ambang jendela. Ia membuka map itu,
lalu menerawang ijazahku satu per satu di bawah sinar matahari.”
“Kutaksir, ijazah-ijazahmu ini banyak yang palsu,
Bujang.” (hal 148)
Berbagai cara gila yang Ikal lakukan untuk mendapatkan
kembali cinta A Ling hampir menjadikannya menjadi bujang lapuk yang mati muda,
hanya karena keteledorannya menggunakan Octoceria.
Love walks on two feet just like a
human being
It stands up on tiptoes of insanity
and misery
Insanity (kegilaan) dan misery (kesengsaraan) yang
menjadi kata kerja yang dialami Ikal karena patah hati ditinggalkan A Ling.
Puncaknya, A Ling datang ke rumah Ikal tepat saat ia sudah mengibarkan bendera
putih kepada Zinar dan berketetapan untuk pergi merantau mencari kerja di
Jakarta. Terlebih kedatangan A Ling adalah untuk memberikan undangan
pernikahannya dengan Zinar. Saat Ikal datang ke pernikahan A Ling dengan Zinar,
ia menyelipkan secarik puisi yang ia gubah sewaktu SD dulu saat perasaan aneh
itu hinggap saat melihat kuku-kuku cantik A Ling;
Komidi berputar pelan
Lampu-lampu dinyalakan
Komidi melingkar tenang
Hatiku terang
Terang benderang menandingi bulan
Entahlah, nampaknya Ikal memang berbakat alami sebagai
penyair puisi, selain puisi tersebut, Ikal pun secara spontan membantu Enong
membuat tugas menulis puisi dalam kursus Bahasa Inggrisnya berjudul Bulan di
Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman, yang dalam Bahasa Inggrisnya pun
menurut saya tetap bernuansa klise sekaligus lucu.
Novel Padang Bulan juga memperkenalkan Detektif M Nur
dengan hewan merpati kesayangannya bernama Jose Rizal sebagai salah satu tokoh
baru yang cukup dominan selain Enong. Lelaki yang dituliskan sebagai tetangga
Ikal ini memancing pertanyaan serupa dengan Arai dalam cerita Laskar
Pelangi. Kemana Detektif M Nur yang bernama Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin
berada saat masa kecil Ikal bersama laskarnya?
Namun, hal itu tidaklah menjadi persoalan, selain
karena detektif melayu partikelir ini menjadi tokoh kunci pada novel
lanjutannya di Cinta di Dalam Gelas, ia pun memiliki karakteristik yang kuat
sebagai pendamping Ikal dalam dwilogi ini, lagi-lagi layaknya Arai dalam Sang
Pemimpi dan Edensor. Andrea pun menaruh satu sub bab tersendiri untuk mendukung
latar belakang detektif nyentrik ini;
“Badannya kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting
kecil-kecil, alisnya hanya satu setengah,,,,,waktu kelas tiga ia terjatuh dari
pohon nangka,,,,ia tidak bisa bersekolah beberapa lama, tapi saat ia sekolah
lagi, ia menjadi pelupa dan sering mendengus seperti kambing bersin:
nges,,nges,,”
“Alhasil, tiga tahun berturut-turut ia tidak naik
kelas. Ia bosan, guru-gurunya bosan, orangtuanya bosan, menteri pendidikan pun
bosan, ia berhenti sekolah,” (hal 41-42).
Singkat cerita Dalam perjalanan hidupnya, Enong
kemudian bertemu dengan Ikal yang akhirnya bisa mengenalkan Enong dengan
Ninochka Stronovky, seorang grand master perempuan catur internasional
“Tokoh utama dalam novel Dwilogi Padang Bulan ini ada
tiga orang , yakni Enong, Ikal dan Ninochka Stronovky. Ninochka Stronovky
merupakan grand master catur sekaligus teman saya sendiri,” terangnya.
Unsur Intrinsik Padang Bulan
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur yang terdapat dalam novel ini adalah sebagai
berikut :
1.
Tema
-
Menurut Moeliena (1990:921),Tema
adalah pokok pikiran, dasar cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar
mengarang dan mengubah sajak.
-
Menurut Stanton (1965:4),Tema
merupakan ide sentral atau pokok dalam karya
a.Tema
sentral
Tema Sentral dalam novel ini adalah Romantis Sentimentil.
b. Tema Sampingan
1) Persahabatan
Bukti :
“Berdesir hatiku membuka gulungan pesan itu. Di sana
tertulis :
Ke hadapan kawanku, Ikal...
Melalui Jose Rizal, kusampaikan
betapa aku merasakan bersedih atas kesusahan yang menimpamu. Akun tahu kalau
merana. Aku tahu kau tersiksa. Cinta, memang kejam tak terperi. Tapi. Aku di
sini, Kawanku, siap membantumu, dan aku punya informasi lebih mendalam soal
ini. Aku telah mengenal sainganmu itu. Tegakkan badanmu, tabahkan hatimu.
Ttd,
M. Nur, detektif”(hlm.81)
2) Keluarga
Bukti :
“Ku pikir ibu akan menghambur dan tersedu sedan
memelukku, lantaran haru mendapatkan anaknya kembali dalam keadaan sehat
walafiat setelah hampir sakit saraf karena cinta. Kupikir ia akan
memanjatkan syukur kepada Allah karena aku tak kurang suatu apa, dan gembira
karena aku tak jadi minggat. Tapi, drama berbicara lain.”
2.
Latar
-
Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa
fiksi
-
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67),
yang dimaksud dengan setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi
baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan
fungsi psikologis
-
Jadi,
Latar / setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi berupa tempat, waktu,
dan suasana dalam cerita
A. Tempat
Latar tempat pada Novel Padang Bulan sangat beragam,
berikut beberapa latar tempat dalam novel tersebut :
Ø Penambangan Timah
Bukti : “Sirun memintanya menitipkan anak-anaknya kepada tetangga dan mengajaknya
ikut ke tambang timah. Sampai di sana, Syalimah mendengar orang
berteriak-teriak panik dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang
menimbun Zamzami”
Ø Dapur rumah Syalimah
Bukti : “Subuh esoknya, Syalimah lekas-lekas bangun mendengar panggilan
azan.Ia ke dapur dan menanggar air.”
Ø Tempat Juru taksir
Bukti : “Bersemangat setelah mendapat timah pertama, Enong semakin giat bekerja,
ia tidak tahu, di pasar, di balik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di
tempat juru taksir itu telah bersiap membuntutinya.”
Ø Beranda Rumah Mapangi
Bukti : “Aku terkejut, seekor merpati pos hinggap di beranda rumah Mapangi.
Ia menggerung-gerung seolah aku disuruhnya mendekat.”
Ø Toko gula dan Tembakau Zinar
Bukti : “Kuharap A Ling dengan cepat mendengar kemenanganku yang
gilang-gemilang atas kekasih barunya itu. Kuingat bagaimana aku terpuruk di toko
gula dan tembakau Zinar tempo hari. Akhirnya hari pembalasan datang juga”
Ø Warung Kopi Bunga Serodja
Bukti : “Suatu ketika, dalam perjalanan menuju ladang tambang. Enong mendadak
berhenti di muka warung kopi Bunga Serodja.”
Ø Numpang Miskin
Bukti : “Beberapa hari setelah kejadian burung punai itu, aku berkunjung lagi
ke Numpang Miskin, kulihat sebuah layangan ikan bulan terapung-apung di atas atap
prumah A Ling.”
Ø Rumah Syalimah
Bukti : “Syalimah gembira melihat seseorang bersepeda dengan cepat. Jika
orang itu Sirun telah pulang, pasti suaminya segera pula pulang. Namun, Sirun berbelok
menuju rumah Syalimah dengan tergesa-gesa.”
Ø Rumah Mualim Syahbana
Bukti : “Dari bantaran sungai yang menyedihkan itu, kukayuh lagi sepeda ke rumah
Mualim Syahbana untuk mengatakan bahwa aku akan ikut dengannya berlayar ke Jakarta
Minggu depan.”
Ø Kantor Pos
Bukti : “Pagi ini, kami_kami itu adalah aku, Enong, dan Detektif M.Nur bertemu
di kantor pos.”
Ø Warung Kopi A Kiong
Bukti : “Tiba-tiba dari samping warung kopi A kiong, menikung tajam sebuah
mobil Bentley berwarna hitam. Melikuk-likuk, berdecit-decit, lalu ngerem mendadak
persis di depanku”
B. Waktu
Latar waktu pada Novel Padang Bulan pun sangat
beragam, berikut beberapa latar tempat dalam novel tersebut:
Ø Dini hari
Bukti : “Setiap pukul dua pagi truk pengangkut buruh menjemput ayahku.Kudengar
suara klakson. Ayah keluar rumah di pagi buta itu sambil menenteng rantang bekal
makanan dari ibu.”
Ø Pagi hari
Bukti : “Subuh esoknya, Syalimah lekas-lekas bangun mendengar panggilan
azan.Ia ke dapur dan menanggar air.”
Ø Siang hari
Bukti : “Siang itu, Enong melihat toko kelontong yang tampak seperti akan
bangkrut. Bangunan toko itu dari kayu, kuno dan reyot.”
Ø Sore hari
Bukti : “Sore itu sepi. Kami duduk di beranda. Angkasa kosong, hampa. Menjelang
pukul 4, satu persatu kawanan burung punai mulai melintasi kampong menuju hamparan
buah bakung di hulu sungai, nun di utara. Saat sore mereka tiba.”
Ø Malam hari
Bukti : “Malam itu, Enong tak pulang. Malam itu, Enong tidur beralaskan kardus
di emper toko, di Jalan Sriwijaya, dekat kantor DPRD. Malam itu, Enong mulai menggelandang.”
C. Suasana
Latar suasana pada Novel Padang Bulan sangat
bervariasi, berikut beberapa latar tempat dalam novel tersebut :
Ø Menyenangkan
Bukti : “Senangnya Zamzami mendapati kamus yang dilihatnya dulu masih ada
di pedagang kaki lima buku bekas itu.”
Ø Mengharukan
Bukti : Syalimah tidak dapat menahan air matanya. Ia terharu mengenang suaminya
telah menyimpan percakapan itu selama bertahun-tahun dan memegangnya sebagai sebuah
permintaan. Betapa baik hati lelaki itu.”
Ø Tegang
Bukti : “Ketika tengah menggali tanah, Enong mendengar salak anjing. Salak dari
begitu banyak anjing. Ia berbalik dan terkejut melihat beberapa orang pria berlari
menyongsong dari pinggir hutan sambil mengacung-ngacungkan parang, panah, dan senapan
rakitan. Mereka berteriak-teriak mengancam dan melepaskan tali yang mengekang leher
belasan ekor anjing pemburu.”
Ø Panik
Bukti : “Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik
dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang menimbun Zamzami.”
Ø Sepi
Bukti : “Sore itu sepi. Kami duduk di beranda. Angkasa kosong, hampa. Menjelang
pukul 4, satu per satu kawanan burung punai mulai melintasi kampong menuju hamparan
buah bakung di hulu sungai, nun di utara. Saat sore mereka tiba.”
Ø Patah hati
Bukti : “Namun keadaan ku kini lebih parah. Selain merasa kehilangan A
Ling, aku juga didera cemburu pada Zinar. Cemburu adalah perasaan yang baru kukenal,
baru pertama kali ku alami. Ia adalah pendatang baru dalam register perasaanku.
Sungguh ganjil rasa cemburu, sungguh berbeda rasa sakitnya.”
3.
Alur Cerita
-
Menurut Virgil Scoh( 1966 : 2),Plot
adalah prinsip yang isensial dalam cerita.
-
Menurut Morjorie Boulton( 1975 :
45),Plot adalah pengorganisasian dalam novel atau penentu struktur novel.
Alur cerita dalam novel ini menggunakan alur Campuran.
Alur maju
Bukti : “...Syalimah kian ingin tahu. Waktu mengantar Zamzami ke pekarangan
dan menyampirkan bungkus rantang bekal makanan di setang sepeda, ia bertanya
lagi, Zamzami tetap tak menjawab.”
Alur mundur
Bukti : “...Syalimah dan Zamzami berjumpa waktu pengajian ketika mereka
masih remaja dulu. Zamzami yang pemalu, begitu pula Syalimah, menyimpan rasa
suka diam-diam...”
4.
Penokohan
-
Panuti Sudjiman (1966:25), Tokoh
merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra
yang harus selalu menunjang kebutuhan artistic.
-
Stanto(1965:17),Yang dimaksud dengan
tokoh utama ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama
dalam peristiwa tertentu .
-
Jadi, Penokohan adalah individu yang
berperan dalam suatu cerita
a) Enong :
Pekerja keras, mau berusaha, pantang menyerah, teguh pendirian, suka menolong
Bukti : “Enong tetap teguh
pendiriannya untuk menguasai bahasa Inggris…”
“Nun di
ujung sana, di bantaran Sungai Linggang sebelah utara, Enong dan beberapa
penambang timah lainnya mendulang timah”
“Seseorang
tertegun di ambang pintu: Enong! Ia membanting dulang timahnya dan menjerit
sejadi-jadinya”. “Ia mengangkat kedua kakiku dan mengangkat tubuhku”
“Enong memegangiku sambil mendorong sepedanya”
b)
Ikal : mudah terpengaruh, iri hati, kurang percaya
diri, keras kepala.
Bukti : “Tinggi badan adalah persoalan laten bagiku”
“Sampai di
rumah, tak sabar, kubuka lagi catalog Ortoceria!. Sungguh meyakinkan”
“Saat itu
aku menganggap : tak rela mengakui keunggulan orang lain adalah salah satu
sifat paling misterius dari cemburu”
“Maksudku, sebelum semuanya terlambat dan A Ling benar-benar digondol
Zinar”
c)
Paman : baik hati, bijaksana
Bukti : “Ia merogoh kantongnya dan meminjamiku uang,
melalui satu kebijakan tata buku seperti ini…”
“Sebelum
pergi, aku tak mau ada sangkut paut utang piutang denganmu. Oleh karena itu kau
sangat miskin, kuputihkan utangmu sekarang juga”
d)
Zinar : pintar
Bukti : “Zinar tidak berjaya di papan catur, namun
menggondol tempat pertama kejuaraan pingpong”
“Dalam hal sepak bola, tim Zinar juga Berjaya”
“Ia juga menerima piala untuk pertandingan voli karena
ia juga sang kapten”
e) Detektif
M.Nur : baik hati, suka menolong
Bukti : “Lalu, ia dan Detektif M.Nur membopong tubuhku keluar gudang”
“Detektif
M.Nur mengambil sepedanya. Katanya aku harus segera dibawa ke puskesmas”)
f)
Ninochka Stronovsky :
g)
Moi Kiun : Suka menohok
Bukti : Giliran ia menohok suaminya sendiri dengan
mengatakan gigi palsunya yang terhormat, yang disayanginya lebih dari
menyayangi istri, telah masuk ke dalam mulut anjing.(hlm.44)
h)
Lim Phok : Sembrono
Bukti : Keributan meletup lantaran Lim Phok menuduh
istrinya sendiri, Moi Khun, yang telah mencuri gigi palsu itu...(hlm.39)
i)
Syalimah : Cengeng
Bukti : Suara suaminya mengaji
Alquran saban subuh telah menemaninya menghidupkan api dapur selama belasan
tahun. Syalimah duduk termangu, berkali-kali ia mengusap air matanya.(hlm.24)
j)
Zamzami : Penyayang
Bukti : Syalimah mendekap laki-laki penyayang itu kuat-kuat. Ia meratap-ratap memanggil-manggil suaminya.(hlm.08)
Bukti : Syalimah mendekap laki-laki penyayang itu kuat-kuat. Ia meratap-ratap memanggil-manggil suaminya.(hlm.08)
5.
Sudut Pandang
-
Cara pengarang menampilkan para pelaku
dalam cerita yang dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan
dengan point of view (Aminuddin, 1987:90).
-
Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar
Semi (1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view
dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri pengarang
dalam ceritanya, atau darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang orang pertama serba tahu yaitu
penulis dapat menceritakan semua keadaan dalam cerita tersebut (serba tahu)
sekaligus ia menjadi pelaku utamanya.
Bukti : detektif menatapku dengan sedih. Aku tahu, ia seorang pria
melankolis yang mudah bersimpati. Aku berdoa dalam hati.(hlm.95)
6.
Amanat Cerita
-
Amanat yang terdapat dalam karya
sastra tertuang secara implisit. Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau
ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita
berakhir,Sudjiman (1986:35).
a) Novel ini
memberikan amanat kepada kita untuk senantiasa bekerja keras dalam menggapai
mimpi.
Bukti : “Beri aku sesuatu yang paling sulit, aku akan
belajar.”
b) Agar kita
dapat bersabar, bersyukur, jujur dan bertawakal atas apa yang terjadi sehingga
kita dapat berjiwa tegar.
Bukti :
“...Terima saja kekurangan kita. Anggaplah itu sebagai berkah dari yang
mahatinggi, dan bersyukurlah atas apa yang ada pada kita.”(hlm.234)
c) Optimis dan
pantang menyerah, karena dengan usaha sesuatu yang kita anggap tak mungkin bisa
menjadi sangat mungkin.
Bukti : Ini aku!. Putra ayahku!
Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukkan. Beri aku mimpi yang tak
mungkin karena aku belum menyerah. Takkan pernah menyerah. Takkan pernah!(hlm.252)
Sinopsis Cinta di Dalam Gelas
Jika dalam novel Padang Bulan Maryamah
menjadi penambang perempuan pertama, sedang di novel ini dia menjadi perempuan
pertama pula yang bertanding catur di perayaan 17 Agustus di Belitong.
Permainan catur ialah hal penting di
Belitong. Permainan ini telah mentradisi dan bisa mengangkat drajat seseorang
apabila menjadi juara, terutama di kejuaraan 17 Agustus-an. Untuk itulah
Maryamah memutuskan ikut pertandingan catur pada 17 Agustus kelak. Apa
sesungguhnya motivasi dia ingin ikut perlombaan ini, padahal seumur-umur dia
belum pernah menyentuh sekalipun bidak-bidak catur.
Maryamah ternyata ingin mengalahkan
kepongahan mantan suaminya, Matarom, yang jago dalam bermain catur. Dia sakit
hati pada Matarom yang seringkali berlaku kasar sejak dia menikah dengannya.
Untuk itulah dia ingin memberi pelajaran padanya. Keinginan bermain catur
kemudian dia utarakan pada Ikal. Awalnya Ikal bingung, bagaimana cara mengajari
orang catur yang belum sekalipun bermain catur. Padahal mimpinya adalah
mengalahkan sang jagoan catur tanah belitong, Matarom, yang telah menjadi
rezim.
Aha, Ikal ingat dengan temannya,
Ninochka Stronovsky, perempuan grandmaster dunia. Ikal kemudian mengajari
Maryamah sesuai petunjuk Ninochka via internet. Awalnya sulit, tapi lambat laun
Maryamah ternyata dapat menyerap dengan cepat. Walhasil, dia menjadi mahir, dan
siap mengikuti perlombaan. Banyak orang mencibir dan menghalangi Maryamah untuk
mengikuti lomba catur. Pasalnya, lomba catur adalah hal yang tabu di tanah
Belitong. Seumur-umur tidak ada perempuan yang bermain catur, terlebih ikut
perlombaan. Tapi, Maryamah tidak bergeming. Dia terus maju.
Dalam pertandingan, satu persatu
dilahapnya lawan-lawan Maryamah. Di final, ia berhasil mengalahkan Matarom.
Tuntas sudah misi Maryamah untuk mempermalukan Matarom, mantan suaminya, di
khalayak umum. Tidak hanya itu, kemenangan Maryamah sejatinya kemenangan kaum
perempuan dalam mendobrak tradisi patriarki yang masih sangat kental di tanah
belitong.
Lewat permainan catur Maryamah berhasil
mengangkat harkat dan martabatnya sebagai perempuan yang sejak remaja menjadi
bulan-bulanan kaum laki-laki. Karakter dirinya terefleksikan dalam permainan
caturnya, sebagaimana yang dikatakan Andrea, “…barangkali penderitaan dan
tanggung jawab besar yang merundung Maryamah sejak kecil, serta sebuah
perkawinan yang menyiksa, telah membentuk dirinya menjadi seorang survivor yang
tangguh dan defender yang natural. Semua itu kemudian terefleksi dalam permainan
caturnya. Jika ia melindungi rajanya—sebagaimana ia melindungi diri, ibu dan
adik-adiknya—ia takkan pernah bisa tersentuh.”
Unsur Intrinsik
Cinta di Dalam Gelas
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur yang terdapat dalam novel ini adalah sebagai
berikut :
1. Tema
-
Menurut Moeliena (1990:921),Tema
adalah pokok pikiran, dasar cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar
mengarang dan mengubah sajak.
-
Menurut Stanton (1965:4),Tema
merupakan ide sentral atau pokok dalam karya
a.Tema
sentral
Tema Sentral dalam novel ini adalah perjuangan seorang perempuan yang
menginginkan kesetaraan gender.
Bukti :
Pertama kali dalam kejuaraan catur hari kemerdekaan, perempuan ikut bertanding,
dan akan melawan laki-laki.(hlm.122)
2.
Latar
-
Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa
fiksi
-
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67),
yang dimaksud dengan setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi
baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan
fungsi psikologis
A. Tempat
Latar tempat pada Novel Cinta di Dalam Gelas sangat
beragam, berikut beberapa latar tempat dalam novel tersebut :
Ø Belitong
Bukti
: Namun, ia sering hadir di pantai-pantai indah di pulau kecil kami—Belitong...(hlm.02)
Ø Warung Kopi
Bukti : Dalam pada itu, hari ini, kudapati diriku masih duduk di sini,
sebagai pelayan Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, yang tak lain punya pamanku
sendiri.(hlm.04)
Ø Rumah, ambang jendela
Bukti : Aku tengah melamun di ambang jendela waktu Jose Rizal hinggap di
kawat jemuran.(hlm.241)
Ø Kios Ayam Giok Nio
Bukti : Sore itu, aku berjumpa dengan Maryamah dan Selamot di kios ayam
Giok Nio.(hlm.40)
Ø Kantor Detektif
Bukti : SEMULA kami menduga, Maryamah masih berkabung sehingga kami belum
mau menghubunginya. Namun, i sendiri yang datang ke kantor Detektif
M.Nur.(hlm.98)
B. Waktu
Latar waktu pada Novel Cinta di Dalam Gelas pun sangat beragam, berikut
beberapa latar tempat dalam novel tersebut:
Ø 23 Oktober
Bukti : SEPERTI dugaanku, jika hujan pertama jatuh pada tanggal 23 Oktober,
ia masih akan berinai-rinai sampai Maret tahun berikutnya.
Ø Pagi hari
Bukti : “Kuduga, pagi ini akan berlalu dengan damai. Ia duduk di
kursi malasnya.”(hlm.31)
Ø Siang hari
Bukti : “.”
Ø Sore hari
Bukti : Cahaya Tuhan, sebagian orang menyebutnya, yakni semburat sinar dari
langit yang menerobos celah awan gemawan, tembus sampai ke bumi berupa
batang-batang cahaya, sering tampak pada sore nan megah itu(hlm.01)
Ø Malam hari
Bukti : “Malam esoknya dalam perjalanan ke rumah Maryamah, aku tertarik
melihat orang berkumpul di warung kopi.”
C. Suasana
Latar suasana pada Novel Padang Bulan sangat
bervariasi, berikut beberapa latar tempat dalam novel tersebut :
Ø Gembira
Bukti : “Maryamah berdiri dan menatap ke atas. Jiwanya seakan terangkat ke
langit”
Ø Sedih
Bukti : Melalui pintu kamar yang terbuka, ia menatap ibunya yang terbaring
lemah di atas tempat tidur. Salah satu yang paling ia sesali dari kehancuran
rumah tangganya adalah karena ia merasa persoalan itu telah membebani pikiran
ibunya berulang kali menyatakan bahwa jodoh tak ubahnya umur, bisa panjang dan
bisa pula pendek.(hlm.88)
Ø Tegang
Bukti : “Lulusan terbaik kelima.” Kata Bu Indri. Ia menunda menyebut
namanya, mungkin karena sangat istimewa.(hlm.30)
3.
Alur Cerita
-
Menurut
Virgil Scoh( 1966 : 2),Plot adalah prinsip yang isensial dalam cerita.
-
Menurut Morjorie Boulton( 1975 :
45),Plot adalah pengorganisasian dalam novel atau penentu struktur novel.
Alur cerita dalam novel ini menggunakan alur Campuran.
Alur maju
Bukti : Satu rahasia yang kutemukan dari menyajikan ratusan gelas kopi dari
pagi sampai malam. Esoknya Muhlasin kena ciduk karena sepeda yang hilang di MPB
itu ditemukkan di belakang rumahnya.(hlm.65)
Alur mundur
Bukti : Semalam satu sepeda hilang lagi dari lapangan parkir.(hlm.62)
4.
Penokohan
-
Panuti Sudjiman (1966:25), Tokoh
merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra
yang harus selalu menunjang kebutuhan artistic.
-
Stanto(1965:17),Yang dimaksud dengan
tokoh utama ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama
dalam peristiwa tertentu .
a) Enong atau
Maryamah : Pantang menyerah
Bukti : : “Aku akan belajar. Pasti
bisa.”(hlm.41)
b)
Ikal : Keras kepala, suka menolong
Bukti : Ibu berhenti lagi
“Apakah Modin tahu soal ini?”
“Apakah Modin tahu soal ini?”
“Belum tahu ibunda.”
“Bagaimana kalau Maryamah tak boleh
bertanding?”
“Harus boleh.”
“Sampai kapan kau akan mendukung Maryamah?”
“Sampai akhir.”(hlm.47)
“Harus boleh.”
“Sampai kapan kau akan mendukung Maryamah?”
“Sampai akhir.”(hlm.47)
“Aku akan membantu Maryamah agar bisa
bertanding catur 17 Agustus nanti.”(hlm.46)
c)
Paman : lembut, bijaksana, suka mengomel
Bukti : Sampai di warung kopi, aku disongsong oleh
omelan pamanku, yang sangat tidak suka pada pemerintah, yang menganggap
masyarakat semakin amoral..(hlm.04)
Namun, pada saat tertentu yang tak
dapat diramalkan, Paman tiba-tiba bisa menjadi sangat lembut.(hlm.05)
d)
Selamot : Suka membela orang lain
Bukti : “Pasti bisa, menambang timah saja dia bisa.”
Selamot membela Maryamah.
Mot, mana bisa kausamakan catur dengan menambang timah? Satu pakai akal, satunya lagi pakai tenaga lembu!”
Mot, mana bisa kausamakan catur dengan menambang timah? Satu pakai akal, satunya lagi pakai tenaga lembu!”
“Lantas bagaimana mengajarinya?
Kawanmu ada di Eropa sana, kita ada di kampung ini?” Selamot membela Maryamah
lagi.
“Jangan risau, Nya. Sekarang ada
alat yang bisa bercakap-cakap dengan orang yang jauh. Namanya internet. Alat itu sudah ada di Tanjong
Pandan. Bukan begitu, Boi?”(hlm.41)
e)
Detektif M.Nur : baik hati, penakut, suka meminta maaf
Bukti :
Detektif ketakutan diinterogasi Modin. Ia buka mulut.(hlm.81)
Mendapatkan Ikal, kawanku.
Sudilah kiranya memaafkan kesalahanku atas kejadian Aziz Tarmizi. Memang tak
Mendapatkan Ikal, kawanku.
Sudilah kiranya memaafkan kesalahanku atas kejadian Aziz Tarmizi. Memang tak
tahu adat sekali orang itu.
Ttd,
M.Nur, yamg menyesal.(hlm.241)
M.Nur, yamg menyesal.(hlm.241)
5.
Sudut Pandang
-
Cara pengarang menampilkan para
pelaku dalam cerita yang dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa
diistilahkan dengan point of view (Aminuddin, 1987:90).
-
Atar Semi (1988:51) yang menyebutkan
istilah sudut pandang, atau point of view dengan istilah pusat pengisahan,
yakni posisi dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang orang pertama serba tahu yaitu
penulis dapat menceritakan semua keadaan dalam cerita tersebut (serba tahu)
sekaligus ia menjadi pelaku utamanya.
Bukti : Aku biasa memakai skala 2 yang lembut dan santun. Yamuna pun
tampaknya nyaman. Sesekali aku meminta izin padanya untuk naik ke skala 3.
Yamuna mengerling tanda setuju, namun aku tak tega.(hlm.158)
6. Amanat Cerita
- Amanat yang terdapat dalam karya sastra tertuang secara implisit.
Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam
tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir,Sudjiman (1986:35).
a) Novel ini
memberikan amanat kepada kita untuk senantiasa bekerja keras dengan cara
belajar kita dapat menggapai mimpi.
Bukti : “Aku akan belajar. Pasti
bisa.”(hlm.41)
REFERENSI